Model dan Rancangan Evaluasi Program Pendidikan
MAKALAH
EVALUASI PENDIDIKAN
Makalah ini Disusun Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan Mengenai Model dan Rancangan Evaluasi Program Pendidikan

Dosen Pengampu: Anisya Septiana, M.Pd
Oleh : Kelompok : III
-
Dian Bastian (18561004)
-
Reci (18561013)
-
SusanaAmelia (18561025)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN)
CURUP
2020
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puja
dan segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang atas izin dan
kuasa-Nya penulis dapat menyusun makalah tentang ” Model dan Rancangan
Evaluasi Program Pendidikan” dengan waktu yang penulis rencanakan dengan sebaik
mungkin
Makalah ini disusun dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai Model dan Rancangan Evaluasi Program Pendidikan dan
juga dalam rangka memenuhi tugas
dari mata kuliah Evaluasi Pendidikan di Institut Agama Islam Negeri Curup.
Dalam penyusunan makalah ini,
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik
Akhir
kata penulis memohon maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan
ini. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan agar kesalahan
serupa tak terulang lagi dan agar dapat menjadikan tugas yang selanjutnya akan
lebih baik lagi. Besar harapan penulis agar makalah ini dapat bermanfaat untuk
para pembaca umumnya dan terkhusus untuk penulis sendiri.
Wassalamu’alaikum warohmatullahi
wabarokatuh
Curup , Oktober 2020
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar............................................................................................................... i
Daftar
Isi............................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN..................................................................................................... 3
2.1 Macam-macam Model Evaluasi Program............................................................. 3
2.2 Ketepatan Penentuan Model Evaluasi
Program................................................... 13
2.3 Rancangan Evaluasi Program............................................................................... 17
BAB
III PENUTUP............................................................................................................. 24
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 24
3.2 Saran........................................................................................................................ 24
Glosarium............................................................................................................................. 26
Daftar Pustaka..................................................................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Evaluasi
program merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan
sebagai pertimbangan untuk menentukan tujuan yang hendak dicapai, desain,
implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung
jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.
Evaluasi
program juga merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan,
mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyajikan informasi untuk dapat
digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun
program selanjutnya. Adapun tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi
yang akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi tersebut dapat berupa
proses pelaksanaan program, dampak/ hasil yang dicapai, efesiensi serta
pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu
untuk mengambil keputusan apakah dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan.
Selain itu, juga dipergunakan untuk kepentingan peenyusunan program berikutnya
maupun penyusunan kebijakan yang terkait dengan program.
Dalam melakukan evaluasi, perlu
dipertimbangkan model evaluasi yang akan dibuat. Model evaluasi merupakan suatu
desain yang dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi. Biasanya model evaluasi
ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin
mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apasajakah macam-macam dari model evaluasi program?
2.
Bagaimanakah ketepatan dalam penentuan model evaluasi?Model dan Rancangan Evaluasi Program Pendidikan
3.
Bagaimanakah Rancangan evaluasi program?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui macam-macam dari model evaluasi program
2.
Untuk mengetahui ketepatan dalam penentuan model evaluasi
3.
Untuk mengetahui rancangan evaluasi program
BAB II
Pembahasan
2.1 Macam-macam
Model Evaluasi Program
Ada
banyak model evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli yang dapat dipakai dalam
mengevaluasi program pembelajaran. Berikut akan diuraikan beberapa model
evaluasi program yang populer dan banyak dipakai sebagai strategi atau pedoman
kerja dalam pelaksanaan evaluasi program yaitu:
1. Evaluasi Model Kirkpatrick
Kirkpatrick
salah seorang ahli evaluasi program pelatihan dalam bidang pengembangan sumber
daya manusia (SDM). Model evaluasi yang dikembangkan oleh Kirkpatrick dikenal
dengan istilah Kirkpatrick Four Levels Evaluation Model. Evaluasi terhadap
efektivitas program pelatihan (training) menurut Kirkpatrick (1998) dalam Eko
Putro Widoko (2010) mencakup empat level evaluasi, yaitu: level 1 reaction,
level 2 learning, level 3 behavior, dan level 4 result.
·
Evaluasi reaksi (reaction evaluation)
Mengevaluasi
terhadap reaksi peserta training berarti mengukur kepuasan peserta. Program
training dianggap efektif apabila proses training dirasa menyenangkan dan
memuaskan bagi peserta training, sehingga mereka tertarik dan termotivasi untuk
belajar dan berlatih. Dengan kata lain peserta training akan termotivasi
apabila proses training berjalan secara memuaskan bagi peserta yang pada
akhirnya akan memunculkan reaksi dari peserta yang menyenangkan. Sebaliknya
apabila peserta tidak merasa puas terhadap proses training yang diikutinya mereka
tidak akan termotivasi untuk mengikuti training.
Partner
(2009) mengemukakan bahwa “the interest, attention and motivation of the
participants are critical to the success of any training program, people learn
better when they react positively to the learning environment”. Dapat
disimpulkan bahwa keberhasilan proses kegiatan training tidak terlepas dari
minat, perhatian, dan motivasi peserta pelatihan dalam mengikuti jalannya
kegiatan pembelajaran. Orang akan belajar lebih baik manakala mereka memberi
reaksi positif terhadap lingkungan belajar.
Kepuasan peserta dapat dikaji dari
beberapa aspek, yaitu materi yang diberikan, fasilitas yang tersedia, strategi
penyampaian materi yang digunakan oleh instruktur, media pembelajaran yang
tersedia, waktu pelaksanaan pembelajaran, hingga gedung tempat pembelajaran
dilaksanakan. Mengukur reaksi dapat dilakukan dengan reaction sheet dalam
bentuk angket sehingga lebih mudah dan lebih efektif.
·
Evaluasi belajar (learning evaluating)
Ada tiga
hal yang dapat diajarkan dalam prgram training, yaitu pengetahuan, sikap maupun
keterampilan. Peserta training dikatakan telah belajar apabila pada dirinya
telah mengalami perubahan sikap, perbaikan pengetahuan maupun peningkatan
keterampilan. Oleh karena itu untuk mengukur efektivitas prgram training maka
ketiga aspek tersebut perlu untuk diukur. Tanpa adanya perubahan sikap,
peningkatan pengetahuan atau keterampilan pada peserta training maka program
dapat dikatakan gagal.
Penilaian
learning evaluating ini ada yang menyebut dengan penilaian hasil (output)
belajar. Mengukur hasil belajar lebih sulit dan memakan waktu dibandingkan
dengan mengukur reaksi. Mengukur reaksi dapat dilakukan dengan reaction sheet
dalam bentuk angket sehingga lebih mudah dan lebih efektif. Menurut Kirkpatrick
(1998: 40), untuk menilai hasil belajar dapat dilakukan dengan kelompok
pembanding. Kelompok yang ikut pelatihan dan kelompok yang tidak ikut pelatihan
diperbandingkan perkembangannya dalam periode waktu tertentu. Dapat juga
dilakukan dengan membandingkan hasil pretest dengan posttest, tes tertulis
maupun tes kinerja (performance test).
·
Evaluasi perilaku (behavior evaluation)
Evaluasi
pada level ke 3 (evaluasi tingkah laku) ini berbeda dengan evaluasi terhadap
sikap pada level ke 2. Penilaian sikap pada evaluasi level 2 difokuskan pada
perubahan sikap yang terjadi pada saat kegiatan pembelajaran dilakukan sehingga
lebih bersifat internal, sedangkan penilaian tingkah laku difokuskan pada
perubahan tingkah laku peserta setelah selesai mengikuti pembelajaran. Sehingga
penilaian tingkah laku ini lebih bersifat eksternal. Karena yang dinilai adalah
perubahan perilaku setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dan kembali ke
lingkungan mereka maka evaluasi level 3 ini dapat disebut sebagai evaluasi
terhadap outcomes dari kegiatan pelatihan.
Evaluasi
perilaku dapat dilakukan dengan membandingkan perilaku kelompok kontrol dengan
perilaku peserta training, atau dengan membandingkan perilaku sebelum dan
sesudah mengikuti training maupun dengan mengadakan survei atau interview
dengan pelatih, atasan maupun bawahan peserta training setelah mereka kembali
ketempat kerja.
·
Evaluasi hasil (result evaluation)
Evaluasi hasil dalam level ke 4 ini difokuskan pada hasil
akhir (final result) yang terjadi karena siswa telah mengikuti suatu program
pembelajaran. Termasuk dalam kategori hasil akhir dari suatu program
pembelajaran diantaranya adalah peningkatan hasil belajar, peningkatan
pengetahuan, dan peningkatan keterampilan (skills).
Beberapa
program mempunyai tujuan meningkatkan moral kerja maupun membangun teamwork
(kerjasama tim) yang lebih baik. Dengan kata lain adalah evaluasi terhadap
impact program (pengaruh program). Tidak semua pengaruh dari sebuah program
dapat diukur dan juga membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu
evaluasi level 4 ini lebih sulit di bandingkan dengan evaluasi pada level-level
sebelumnya. Evaluasi hasil akhir ini dapat dilakukan dengan membandingkan
kelompok kontrol dengan kelompok peserta pembelajaran, mengukur kemampuan siswa
sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran apakah ada peningkatan atau tidak
(Kirkpatrick, 1998: 61).
Dibandingkan dengan model evaluasi
yang lain, model ini memiliki beberapa kelebihan yaitu: 1) lebih komprehensif,
karena mencakup had skill dan soft skill. 2) objek evaluasi tidak hanya hasil
belajar semata tapi juga mencakup proses, output dan outcomes. 3) mudah untuk
diterapkan. Selain kelebihan tersebut model ini juga memiliki beberapa
keterbatasan, antara lain: 1) kurang memperhatikan input. 2) untuk mengukur
impact sulit dilakukan karena selain sulit tolak ukurnya juga sudah di luar
jangkauan guru maupun sekolah.
2. Model Evaluasi CIPP
Model
evaluasi CIPP yang dikemukakan oleh Stufflebeam & Shinkfield (1985) adalah
sebuah pendekatan evaluasi yang berorientasi pada pengambil keputusan (a
decision oriented evaluation approach structured) untuk memberikan bantuan
kepada administrator atau leader pengambil keputusan. Stufflebeam mengemukakan
bahwa hasil evaluasi akan memberikan alternatif pemecahan masalah bagi para
pengambil keputusan. Model evaluasi CIPP ini terdiri dari 4 komponen yang
diuraikan sebagai berikut:
·
Evaluasi konteks
Evaluasi
konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau
kondisi obyektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis kekuatan dan
kelemahan obyek tertentu (Eko Putro Widoyoko: 2010). Suharsimi Arikunto dan
Cepi Safrudin (2009) menjelaskan bahwa, evaluasi konteks adalah upaya untuk
menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi
dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek.
·
Input evaluasi
Tahap kedua dari model CIPP adalah
evaluasi input, atau evaluasi masukan. Menurut Eko Putro Widoyoko, evaluasi
masukan membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternative
apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana
prosedur kerja untuk mencapainya. Komponen evaluasi masukan meliputi: 1) Sumber
daya manusia, 2) Sarana dan peralatan pendukung, 3) Dana atau anggaran, dan 4)
Berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan.
·
Evaluasi proses
Evaluasi proses digunakan untuk
menditeksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi
selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan
sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses
meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam
praktik pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui
sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu
diperbaiki.
·
Evaluasi produk/ hasil
Evaluasi
produk merupakan penilaian yang dilakukan guna untuk melihat ketercapaian/
keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah seorang evaluator dapat menentukan atau
memberikan rekomendasi kepada evaluan apakah suatu program dapat dilanjutkan,
dikembangkan/modifikasi, atau bahkan dihentikan.
Menurut Eko Putro Widoyoko model
evaluasi CIPP lebih komprehensif diantara model evaluasi lainnya, karena objek
evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi juga mencakup konteks, masukan,
proses, dan hasil. Selain kelebihan tersebut, di satu sisi model evaluasi ini
juga memiliki keterbatasan, antara lain penerapan model ini dalam bidang
program pembelajaran dikelas mempunyai tingkat keterlaksanaan yang kurang
tinggi jika tidak adanya modifikasi.
3. Evaluasi Model
Provus
Evaluasi kesenjangan program, begitu
orang menyebutnya. Kesenjangan program adalah sebagai suatu keadaan antara yang
diharapkan dalam rencana dengan yang dihasilkan dalam pelaksanaan program.
Evaluasi kesenjangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara
standard yang sudah ditentukan dalam program dengan penampilan aktual dari
program tersebut (Eko Putro Widoyoko: 2010). Dengan demikian tujuan dari model
ini adalah untuk menganalisis suatu program sehingga dapat ditentukan apakah
suatu program layak diteruskan, ditingkatkan dan sebaliknya yang disesuaikan
dengan standar, performance, dan discrepancy.
4. Evaluasi Model
Stake
Stake menekankan adanya dua dasar kegiatan
dalam evaluasi, yaitu description dan
judgement dan membedakan adanya tiga tahap dalam program pendidikan yaitu
context, process dan outcomes. Stake menyatakan bahwa apabila menilai suatu
program pendidikan, makaharus melakukan perbandingan yang relatif antara satu
program dengan yang lainnya. Dalam model ini antencedent (masukan), transaction
(proses) dan outcomes (hasil) data dibandingkan tidak hanya untuk menentukan
apakah ada perbedaan antara tujuan dengan keadaan yang sebenarnya, tetapi juga
dibandingkan dengan standar yang absolut untuk menilai manfaat program (Farida
Yusuf Tayibnapis, 2000:22).
5. Evaluasi Model
Brinkerhoff
Brinkerhoff
& Cs. (1983) mengemukakan tiga golongan evaluasi yang disusun berdasarkan
penggabungan elemen-elemen yang sama, seperti evaluator-evaluator lain, namun
dalam komposisi dan versi mereka sendiri sebagai berikut:
Fixed vs Emergent Evaluation Design
Desain
evaluasi fixed (tatap) harus derencanakan dan disusun secara
sistematik-terstruktur sebelum program dilaksanakan. Meskipun demikian, desain
fixed dapat juga disesuikan dengan kebutuhan yang sewaktu-waktu dapat berubah.
Desani evaluasi ini dikembangkan berdasarkan tujuan program, kemudian disusun
pertanyaan-pertanyaan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang diperoleh dari
sumber-sumber tertentu. Begitu juga dengan model analisis yang akan digunakan
harus dibuat sebelum program dilaksanakan.
Kegiatan-kegiatan evaluasi yang
dilakukan dalam desain fixed ini, antara lain menyusun pertanyaan-pertanyaan,
menyusun dan menyiapkan instrumen, menganalisis hasil evaluasi, dan melaporkan
hasil evaluasi secara formal kepada pihak-pihak yang bekepentingan. Untuk
mengumpulkan data dalam desain ini dapat digunakan berbagai teknik, seperti
tes, observasi, wawancara, kuesioner, dan skala penilaian.
Formative vs Summative Evaluation
Evaluasi formatif berfungsi untuk
memperbaiki kurikulum dan pembelajaran, sedangkan evaluasi sumatif berfungsi
untuk melihat kemanfaatan kurikulum dan pembelajaran secara menyeluruh.
Artinya, jika hasil kurikulum dan pembelajaran memang bermanfaat bagi semua
pihak yang terkait (terutama peserta didik) maka kurikulum dan pembelajaran
dapat dihentikan.
Desain eskprimental dan desain quasi eskprimental vs
natural inquiry
Desain eksperimental banyak
menggunakan pendekatan kuantitatif, random sampling, memberikan perlakuan, dan
mengukur dampak. Tujuannya adalah untuk menilai manfaat hasil percobaan program
pembelajaran. Untuk itu, perlu dilakukan manipulasi terhadap lingkungan dan
pemilihan strategi yang dianggap pantas. Jika prosesnya sudah terjadi,
evaluator cukup melihat dokumen-dokumen sejarah atau menganalisis hasil tes.
Jika prosesnya sedang terjadi, evaluator dapat melakukan pengamatan atau
wawancara dengan orang-orang yang terlibat. Untuk itu, kriteria internal dan
eksternal sangat diperlukan.
6. Measurement Model
Model
ini dipandang sebagai model tertua di dalam sejarah evaluasi dan telah banyak
dikenal di dalam proses evaluasi pendidikan. Tokoh-tokoh evaluasi yang
dipandang sebagai pengembang model ini adalah R. Thorndike dan R.L. Ebel.
Sesuai
dengan namanya, model ini sangat menitikberatkan peranan kegiatan pengukuran di
dalam melaksanakan proses evaluasi. Pengukuran dipandang sebagai suatu kegiatan
yang ilmiah dan dapat diterapkan dalam berbagai bidang persoalan termasuk ke
dalamnya bidang pendidikan.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa menurut model ini, evaluasi pendidikan
pada dasarnya tidak lain adalah pengukuran terhadap berbagai aspek tingkah laku
dengan tujuan untuk melihat perbedaan-perbedaan individual atau kelompok, yang
hasilnya diperlukan dalam rangka seleksi, bimbingan, dan perencanaan pendidikan
bagi para siswa di sekolah. Yang djadikan objek dari kegiatan evaluasi model
ini adalah tingkah laku, terutama tingkah laku siswa. Aspek tingkah laku siswa
yang dinilai di sini mencakup kemampuan hasil belajar, kemampuan pembawaan,
minat, sikap, dan juga aspek-aspek kepribadian siswa.
Dengan kata lain, objek evaluasi di
sini mencakup baik aspek kognitif maupun dengan kegiatan evaluasi pendidikan di
sekolah, model ini menitikberatkan pada pengukuran terhadap hasil belajar yang
dicapai siswa pada masing-masing bidang pelajaran dengan menggunakan tes.
7. Congruence
Model
Model
ini dapat dipandang sebagai reaksi terhadap model yang pertama. Tokoh-tokoh
evaluasi yang merupakan pengembang model ini antara lain adalah Raph W. Tyler,
John B. Carroll, dan Lee J. Cronbach. Menurut model ini, evaluasi itu tidak
lain adalah usaha untuk memeriksa persesuaian (congruence) antara tujuan-tujuan
pendidikan yang diinginkan dan hasil belajar yang telah dicapai.
Berhubung tujuan-tujuan pendidikan
menyangkut perubahan-perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri anak
didik, maka evaluasi yang dinginkan itu telah terjadi. Hasil evaluasi yang
diperoleh berguna bagi kepentingan menyempurnakan sistem bimbingan siswa dan
untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak di luar pendidikan mengenai hasil-hasil
yang telah dicapai. Objek evaluasi dalam model ini adalah tingkah laku siswa.
Secara lebih khusus, yang dinilai di sini adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan
yang diperhatikan oleh siswa pada akhir kegiatan pendidikan. Tingkah laku hasil
belajar ini tidak hanya terbatas pada aspek pengetahuan, melainkan juga
mencakup aspek keterampilan dan sikap, sebagai hasil dari proses pendidikan.
8. Educational
System Evaluation Model
Model
yang ini merupakan reaksi terhadap kedua model terdahulu. Tokoh-tokoh evaluasi
yang dipandang sebagai pengembang dari model yang ketiga ini antara lain adalah
Daniel L. Stufflebeam, Michael Scriven, Robert E. Stake dan Malcolm M. Provus.
Model ini bertitik tolak dari
pandangan, bahwa keberhasilan dari suatu sistem pendidikan dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Evaluasi menurut model ini dimaksudkan untuk membandingkan
performance dari berbagai dimensi sistem yang sedang dikembangkan dengan
sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada suatu deskripsi dan arah
mengenai sistem yang dinilai tersebut.
9. Illuminative
Model
Model ini
dikembangkan sebagai reaksi terhadap dua model evaluasi yang pertama, yaitu
measurement dan congruence. Model ini dikembangkan terutama di Inggris dan
banyak dikaitkan dengan pendekatan dalam bidang antropologi. Salah seorang
tokoh yang paling menonjol dalam usahanya mengembangkan model ini adalah
Malcolm Parlett.
Tujuan evaluasi menurut model ini
adalah mengadakan studi yang cermat terhadap sistem yang bersangkutan. Hasil
evaluasi yang dilaporkan lebih bersifat deskripsi dan interpretasi, bukan
pengukuran dan prediksi. Oleh karena itu dalam pelaksanaan evaluasi, model yang
ini lebih banyak menekankan pada penggunaan
Judgement. Model ini juga memandang fungsi evaluasi sebagai bahan atau input
untuk kepentingan pengambilan keputusan dalam rangka penyesuaian-penyesuaian
dan penyempurnaan sistem yang sedang dikembangkan.
10. Model yang Berorientasi pada Tujuan (Goal Oriented
Evaluation Model)
Model
evaluasi yang dikembangkan oleh Michael Scriven tahun 1972 ini dapat dikatakan
berlawanan dengan model pertama yang dikembangkan oleh Tyler. Jika dalam model
yang dikembangkan oleh Tyler, evaluator terus-menerus memantau tujuan, yaitu
sejak awal proses terus melihat sejauh mana tujuan tersebut sudah dapat
dicapai, dalam model goal free evaluation (evaluasi lepas dari tujuan) justru
menoleh dari tujuan.
Dalam
mendisain suatu program tentu tidak terlepas dari tujuan. Begitu pula dalam
pendidikan, kurikulum dan pembelajaran, kita mengenal adanya hirarki tujuan
pendidikan, yaitu tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan
kurikuler, tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus. Model
evaluasi ini menggunakan tujuan-tujuan tersebut sebagai kriteria untuk
menentukan keberhasilan. Evaluasi diartikan sebagai proses pengukuran
hinggamana tujuan program telah tercapai. Model ini dianggap lebih praktis
untuk mendisain dan mengembangkan suatu program, karena menentukan hasil yang
diinginkan dengan rumusan yang dapat diukur. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa terdapat hubungan yang logis antara kegiatan, hasil dan prosedur
pengukuran hasil.
Tujuan model ini adalah membantu
guru merumuskan tujuan dan menjelaskan hubungan antara tujuan dengan kegiatan.
Jika rumusan tujuan program dapat diobservasi (observable) dan dapat diukur
(measurable), maka kegiatan evaluasi pembelajaran akan menjadi lebih praktis dan simpel. Di samping itu, model
ini dapat membantu guru menjelaskan rencana pelaksanaan kegiatan suatu program
dengan proses pencapaian tujuan. Instrumen yang digunakan bergantung kepada
tujuan yang ingin diukur. Hasil evaluasi akan menggambarkan tingkat
keberhasilan tujuan program berdasarkan kriteria program khusus. Kelebihan
model ini terletak pada hubungan antara tujuan dengan kegiatan dan menekankan
pada peserta didik sebagai aspek penting dalam program. Kekurangannya adalah
memungkinkan terjadinya proses evaluasi melebihi konsekuensi yang tidak
diharapkan.
11. Goal Free Evaluation
Goal
Free Evaluation adalah sebuah model evaluasi yang merupakan kebalikan dengan
model Goal Oriented Evaluation. Jika di model Goal Oriented evaluation’
evaluator secara terus-menerus memantau tingkat pencapaian tujuan, maka dalam
goal free evaluation evaluator justru seolah-olah berpaling dari tujuan.
Scriven mengemukakan bahwa dalam melaksanakan evaluasi program evaluator
tidakperlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu
diperhatikan dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya (kinerja) suatu
program, dengan jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi
(pengaruh) baik hal-hal yang positif (yaitu hal yang diharapkan) maupun hal-hal
yang negatif (yang tidak diharapkan).Scriven menekankan bahwa evaluasi itu
adalah interpretasi Judgement ataupun explanation dan evaluator adalah
pengambil keputusan dan sekaligus penyedia informasi.
Goal free evaluation bukan model
evaluation komprehensip, namun model ini lebih mementingkan pada perspektif
daan posisi dari tujuan evaluator itu sendiri. Scriven mengklaim jika goal free
evaluation adalah sebuah metode netral, yang berarti jika model ini dapat
digunakan atau diadaptasi untuk digunakan bersama dengan beberapa pendekatan,
model dan metode evaluasi lainnya.
2.2 Ketepatan
Penentuan Model Evaluasi Program
Bagian
ini membahas ketepatan penentuan model evaluasi. Dari makna kata “ketepatan”
terkandung ada dua hal yang perlu ditautkan. Tepat artinya cocok, jika tautan
antara dua hal yang ditautkan cukup baik, erat, berarti bahwa ada ketepatan
tautan antara dua hal yang ditautkan tersebut. Ketepatan penentuan model
evaluasi program mengandung makna bahwa ada harapan keeratan tautan antara
evaluasi program dengan jenis program yang dievaluasi.
Sesuai dengan bentuk kegiatannya,
program dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut
1.
Program Pemrosesan
Yang
dimaksud dengan “program pemrosesan” adalah program yang kegiatan pokonya
mengubah bahan mentah (input) menjadi bahan jadi sebagai hasil proses atau
keluaran (output). Di bawah ini diberikan dua buah contoh program pemrosesan:
a) pembelajaran , dan b) program kepramukaan. Ciri khusus dari pemrosesan ini
adalah adanya sesuatu yang semula berada dalam kondisi awal sebagai masukan,
kemudian diolah dan ditransformasi menjadi suatu keluaran yang dikehendaki oleh
tujuan program.
2.
Program layanan
Yang
dimaksud dengan program layanan (service) adalah sebuah kesatuan kegiatan yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu sehingga merasa puas sesuai
dengan tujuan program.
3.
Program Umum
Tidak
seperti pada program jenis pemrograman dan layanan yang dengan jelas dapat
dikenali jenisnya karena ada input yang diolah menjadi output, dan pada program
layanan ada “raja” yang dilayani. Pada program jenis ketiga justru tidak tampak
apa yang menjadi ciri utama. Oleh karena itu program ini disebut juga dengan
program umum.
1. Model Evaluasi yang Tepat untuk Program Pemrosesan
Dalam
pembahasan diatas dikemukakan dua contoh program pemrosesan yaitu pembelajaran
dan kepramukaan. Model manakah yang cocok untuk mengevaluasi program-program
tersebut? Marilah kita cek satu per satu.
·
Model Goal Oriented Evaluation untuk program pemrosesan
Model evaluasi
yang dikemukakan oleh Tyler yaitu evaluasi yang berorientasi pada tujuan, yaitu
sebuah model evaluasi yang menekankan peninjauan pada tujuan sejak awal
kegiatan dan berlangsung secara berkesinambungan. Model ini diterapkan untuk
mengevaluasi program yang jenisnya pemrosesan dalam bentuk pembelajaran.
Peninjauan atas keterlaksanaan tujuan dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.
·
Model Goal Free untuk program pemrosesan
Model yang
dikemukakan oleh Scriven ini menjelaskan bahwa dalam tata kerjanya tidak boleh
terlalu rinci bila menekankan evaluasi pada pencapaian tujuan. Seperti yang
dikatakan pada pencetusnya model ini tidak berarti melupakan tujuan sama sekali
atau tidak memberi batasan kepada para evaluator, bahkan melarangnya untuk
melupakan tujuan program, tetapi memberikan peringatan agar tidak bekerja
terlalu rinci pada tujuan khusus yang dapat menjurus pada tujuan yang umum.
Dapat disimpulkan bahwa pemakaian model evaluasi bebas sama dengan penggunaan
model evaluasi yang berorientasi paa tujuan.
·
Model Formative-Summative Evaluation untuk program
Pemrosesan
Model evaluasi
formatif-sumatif yang juga dikemukakan oleh Scriven mengemukakan adanya dua
macam evaluasi, yaitu formatif (dilakukan selama program berlangsung) dan
evaluasi sumatif (dilakukan sesudah program berakhir). Model evaluasi
formatif-sumatif sesuai untuk mengevaluasi program pemrosesan. Evaluasi formatif
dapat dilaksanakan pada penggalan kegiatan, sedangkan evaluai sumatif
dilaksanakan pada akhir program.
·
Model Evaluasi CIPP untuk program pemrosesan
Dengan nyata
model ini mengarahkan objek sasaran evaluasinya pada proses dan masukan sampai
hasil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model ini sangat tepat dan cocok
untuk mengevaluasi program pemrosesan.
·
Model Evaluasi Kesenjangan untuk Program Pemrosesan
Model yang
dikemukakan oleh Malcolm Provus yaitu model kesenjangan dapat digunakan untuk
mengevaluasi semua jenis program yang menjadi dasar dalam evaluasi program
adalah dengan menilai kesenjangan.
2. Model Evaluasi yang Tepat untuk Program Layanan
Dalam
pembahasannya dijelaskan bahwa program layanan bukanlah program pemrosesan,
meskipun dalam kegiatannya juga berlangsung dalam proses. Dalam program layanan
tidak ada sesuatu yang berstatus masukan dan diolah dalam sebuah transformasi
sehingga menjadi keluaran. Dan koperasi tidak ada yang diproses tetapi
dilayani.
·
Model Goal Oriented Evaluation untuk Program Layanan
Pada kajian
awal sudah dikemukakan tiga contoh program jenis layanan yaitu, program
perpustakaan, program kooperasi, dan program bank. Ketiganya memiliki komponen
utama yang harus mendapat layanan istimewa seperti “raja”. Dikatakan komponen
utama karena sangat menentukan “hidup-mati”-nya program. Berdasarkan uraian
tiga program diatas dapat diambil kesimpulan bahwa baik program layanan
perpustakaan, kooperasi dan bank dapat dievaluasi sejak awal program beroperasi
dan mengacu pada tujuan yang sudah diterapkan. Evaluasi seperti yang dilakukan
pada awal program dapat dilakukan lagi secara berkesinambungan sesuai dengan
model evaluasi beorientasi pada tujuan.
·
Model Goal Free Evaluation untuk Program Layanan
Model evaluasi
yang dikemukakan oleh Scriven ini meskipun rumusannya belawanan, yang pertama
berorientasi pada tujuan dan yang kedua justru bebas tujuan, namun dalam
operasinya tidak jauh berbeda. Bebas tujuan tidak berarti melepaskan diri dari
tujuan tetapi hanya diingatkan oleh penciptanya tidak boleh sangat rinci mengacu
pada tujuan yang khusus.
·
Model Formative-Summative Evaluation untuk Program
Layanan
Evaluasi
formatif dan sumatif merupakan dua jenis kegiatan evaluasi yang dpat dikatakan
merupakan cuplikan dari proses evaluasi berkesinambungan. Dengan penjelasan
tambahan ini dapat disimpulkan bahwa model evaluasi formatif-sumatif tepat atau
cocok untuk program layanan.
3. Model Evaluasi yang tepat untuk Program Umum.
Dalam
penjelasan tentang berbagai jenis program dikemukakan bahwa program pemprosesan
dan layanan merupakan dua jenis program yang memiliki kekhususan. Program
pemprosesan memiliki kekhususan berupa sesuatu yang diproses sampai menjadi
keluaran. Program yang tidak memiliki kekhususan termasuk dalam klasifikasi
program umum, namun sebagaimana program lain, program-program tersebut memiliki
komponen-komponen yang berperan penting dalam menyukseskan program.
Dari hasil analisis ketepatan
penggunaan model untuk program jenis pemprosesan dan layanan terbukti bahwa
semua model evaluasi dapat digunakan untuk mengevaluasi semua jenis program,
baik pemprosesan maupun layanan.
Ada beberapa model evaluasi yang
cocok dan dapat digunakan untuk mengevaluasi semua program umum adalah
-
Model Goal Oriented Evaluation
-
Model Goal Free Evaluation
-
Model Formative-SummativeEvaluation
-
Model CIPP
-
Model Evaluasi Kesenjangan
Berdasarkan kajian mengenai model
evaluasi dan analisis model evaluasi yang diterapkan pada berbagai program,
dapat disimpulkan bahwa program apa pun dapat dievaluasikan dengan model apa
saja. Dari analisis mengenai model-model evaluasi dapat dipahami bahwa meskipun
semua model tepat untuk digunakan pada semua program, namun tingkat
ketepatannya berbeda.
2.3 Rancangan Evaluasi Program
Agar lebih memahami rancangan dalam
bagian ini akan dijelaskan sedikit gambaran proposal khususnya bagian bagian yang
harus termuat di dalamnya. Secara umum proposal terdiri dari dua bagian besar
yaitu bagian pendahuluan dan bagian metodologi. Pendahuluan menjelaskan semua
hal termasuk penjelasan tentang program dan alasan evaluasi diadakan. Sedangkan
dalam rancangan, hal-hal yang tidak
menyangkut langkah tadi tidak dituliskan. Beberapa hal hanya dikemukakan secara
singkat, kecuali prosedur kerja yang menunjukkan langkah-langkah kegiatan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan hal-hal yang tercantum dalam
sebuah rancangan evaluasi yaitu :
a. judul kegiatan
Menyebutkan isi pokok kegiatan
evaluasi yang mencantumkan nama kegiatan program apa yang dievaluasi (atau
bagian dari program) dan dapat juga mencantumkan model yang digunakan serta
menyebutkan unit dan lokasi program.
b. alasan dilaksanakannya evaluasi
Yakni menjelaskan adanya kebijakan
tentang program yang menjadi objek sasaran perkiraan adanya hambatan tentang
pelaksanaan atau alasan mengapa perlu diadakannya evaluasi.
c. tujuan
Ada dua bentuk tujuan umum dan khusus dalam
tujuan khusus disebutkan secara rinci target yang harus dicapai dari evaluasi.
Banyaknya butir tujuan tidak dibatasi tetapi menunjukkan batasan sekurang-kurangnya
3 kalimat, dan sebaiknya tidak lebih dari 5 kalimat.
d. Pertanyaan
evaluasi
Yang merumuskan beberapa pertanyaan
yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan evaluasi.
e. Metodologi yang
digunakan
Menjelaskan tentang objek sasaran evaluasi
yang dihasilkan dari identifikasi komponen program dan indikator, sumber data,
metode yang digunakan, instrumen yang digunakan sebagai pelengkap metode
pengumpulan data.
f. Prosedur kerja dan langkah-langkah kegiatan
Membicarakan
hal-hal yang terkait dengan proses yang akan dilalui oleh petugas evaluasi
program. Berdasarkan judul materi ini, maka terdapat dua hal yang perlu
dipahami yaitu (a) prosedur kerja dan (b) langkah-langkah kerja.
Langkah-langkah kegiatan dari katanya sudah dapat diketahui artinya yaitu langkah
demi langkah semua kegiatan sejak proses pemahaman terhadap program, penyusunan
instrumen, mengujicobakan, mengumpulkan data, analisis data dan menyusun
laporan agar pentahapan langkah yang dapat diketahui dengan jelas oleh para petugas
evaluasi dan pemberi tugas.
Contoh kasus rancangan evaluasi program umum :
Rancangan Evaluasi untuk Program Umum
Sesungguhnya
jauh lebih mudah mencari contoh program umum dibandingkan dengan mencari contoh
program jenis pemrosesan atau program layanan. Mengapa demikian? Karena kedua
program jenis pemrosesan dan layanan memilik kekhususan, sedangkan program umum
tidak. Apabila kita diminta mencari sebuah contoh program umum, tinggal
mengingat bagaimana persyaratan sebuah program.
Kita ambil contoh program
menggembirakan, yaitu program piknik. Acara ini diselenggarakan oleh keluarga
besar yang terdiri dari kakek nenek, berusia lebih kurang 55-65 tahun yang dulu
menikah dalam usia muda sehingga seusia sekian masih sehat dan bersemangat,
dengan 4 orang anak yang semuanya sudah menikah dan masing-masing mempunyai
anak 2-3 orang dengan tentangan usia dari 18 tahun yang terbesar dan yang
paling kecil berumur 1 tahun. Marilah kita coba menyusun rancangannya. Untuk
menentukan sebuah rancangan, terlebih dahulu kita tentukan apa jenis programnya
apakah program pemrosesan? Layanan? Atau program umum? Untuk acara piknik ini
kita gunakan rancangan program umum.
a. Judul
Kegiatan
Evaluasi Program Piknik Keluarga
b. Alasan
diadakannya evaluasi
Untuk menulis latar belakang
masalah, kita perlu tahu dan menjelaskan tujuan, alasan, dan manfaat piknik
bagi pihak keluarga tersebut.
c. Tujuan
kegiatan
· Tujuan
umum: Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengumpulkan informasi yang terkait
dengan keterlaksanaan program piknik keluarga.
·
Tujuan
Khusus: Untuk dapat merumuskan tujuan khusus ini terlebih dahulu kita harus
mengidentifikasi komponen program piknik, yaitu faktor-faktor yang mendukung
suksesnya program.
1) Sarana
Pendukung
2) Peserta
Piknik
3) Acara
Kegiatan
4) Lokasi Piknik
d. Pertanyaan
Evaluasi
Dari rumusan tujuan khusus yang
sudah disajikan diatas, coba kita rumuskan pertanyaan evaluasinya. Jangan lupa
bahwa rumusan harus merupakan kalimat pertanyaan dan rumusan seutuhnya harus
diupayakan sedemikian rupa sehingga bermakna dan berbunyi manis.
e. Metodologi
yang digunakan
Dalam rumusan tujuan khusus diatas
sudah diberikan beberapa contoh rincian komponen. Kini cobalah kita rinci
komponen lain yang belum dirinci, kemudian lanjutkan dengan menyusun tabel
hubungan antara komponen-indikator-sumber data- motode-indikator. Jika sudah
selesai, lanjutkan membuat kisi-kisi untuk penyusunan instrument sebagai
bantuan petunjuk, untu dapat menentukan sumber data dengan tepat karena program
piknik ini menyangkut kepuasan semua pihak dan manusia merupakan sumber utama.
f. Prosedur
kerja dan langkah-langkah kegiatan
Cara
menuliskan prosedur kerja dan langkah-langkah kegiatan karena sudah mendapat
penjelasan dan contoh, tentu tidak akan mendapat kesulitan andai kata
pengisiannya diserahkan kepada anda.
Soal Latihan dan pembahasannya :
1. Apasajakah
peran dari evaluasi pendidikan yang dinilai sangat berpengaruh dalam proses
pendidikan?
Jawab : Dilihat dari aspek fungsi evaluasi pendidikan
yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar pada prinsipnya dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu: pertama membantu guru dalam menentukan derajat
tujuan pengajaran agar dapat dicapai. kedua membantu guru untuk mengetahui
keadaan yang benar dari para siswanya.
Menurut sukardi (2008:77) dalam bukunya, fungsi evaluasi
adalah;
a. Sebagai
alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahan,
nilai-nilai dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru.
b. Untuk
mengetahui aspek aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar
c. Mengetahui
tingkat tercapaian siswa dalam kegiatan belajar
d. Sebagai
alat untuk mengetahui perkembangan kelas siswa
e. Sebagai materi utama laporan hasil
belajar kepada orang tua siswa
2. Evaluasi
dalam program pendidikan sangat diperlukan adanya, dalam peningkatan mutu juga
dalam mencapai target yang hendak dicapai dari program pendidikan tersebut.
Lalu, apakah yang menjadi tujuan dari evaluasi program pendidikan?
Jawab : Anas
Sudijono (2006:16), menjelaskan Tujuan evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Tujuan Umum yaitu untuk menghimpun bahan
bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan
yang dilalui peserta didik dalam jangka waktun tertentu.untuk mengetahui
tingkat keefektifan metode metode yang digunakan.
b. Tujuan Khusus yaitu untuk merangsang
kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan. Untuk mencari
faktor-faktor penyebab berhasil tidaknya.
Menurut Sukardi tujuan evaluasi adalah;
a. Menilai
ketercapaian (attainment) tujuan
b. Mengukur macam
macam aspek belajar yang bervariatif
c. Sebagai sarana
(means) untuk mengetahui apa yang siswa telah ketahui
d. Memotivasi
belajar siswa
e. Menyediakan
informasi untuk tujuan belajar dan kesalahan
f. Menjadikan
hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum.
3. Apakah semua model evaluasi program dapat diterapkan?
Jawab : Program dibedakan dibedakan menjadi berdasarkan
jenis kegiatannya, yaitu program pemrosesan (mengubah sesuatu yang dianggap
bahan mentah menjadi sesuatu yang dianggap barang jadi), program layanan
(program yang bertujuan memberikan kepuasan pada pihak lain), dan program umum
(program yang yang bersifat umum, tidak memiliki spesifikasi sebagaimana
program pemprosesan dan program layanan). Ketepatan penentuan model evaluasi
program bergantung pada jenis kegiatannya. Oleh karena itu tidak semua model
evaluasi program dapat diterapkan.
4. Dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya
dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Evaluasi pendidikan secara garis
besar melibatkan 3 unsur apakah itu?
a) Input
yaitu bahan mentah yang dimasukkan kedalam transformasi, maksudnya siswa buru
yang akan memasuki sekolah. Sebelum memasuki suatu tiungkat (institusi), calon
siswa itu dinilai dahulu kemampuannya. Dengan evaluasi itu ingin diketahui
apakah kelak ia akan mampu mengikuti pelajaran dan melaksanakan tugastugas
yang diberikan padanya.
b)
Transformasi yaitu mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi
bahan jadi. Sekolah itu terdiri dari beberapa mesin yang menyebabkan berhasil
atau gagalnya transformasi. Bahan jadi yang diharapkan, dalam hal ini adalah
siswa lulusan sekolah, yanya ditentukan oleh beberapa faktor sebagai akibat
bekerjanya unsur-unsur yang ada. UnsurUnsur transformasi, antara lain :
(1) Guru dan
personal lainnya.
(2) Bahan
pembelajaran.
(3) Metode
mengajar dan sistem evaluasi.
(4) Sarana
penunjang.
(5) System administrasi.
c) Output yaitu bahan jadi yang dihasilkan
oleh transformasi yang dimaksud adalah siswa lulusan sekolah yang
bersangkutan.Untuk dapat menetukan apakah seorang siswa berhak lulus atau
tidak, perlu diadakan kegiatan evaluasi (Daryanto, 2008:7-8).
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dalam hal evaluasi, banyak sekali
penjabaran-penjabarannya, tidak terlepas juga dengan model dari berbagai macam
model evaluasi. Model dalam evaluasi program pendidikan sangatlah banyak, namun
tidak semuanya dapat disertakan dalam penulisan ini, namun sebagian saja yang
dapat dijelaskan disini. Model yang
dipergunakan untuk mengevaluasi keterlaksanaan program, yaitu goal oriented
(berorientasi pada tujuan), decision oriented (berorientasi pada keputusan),
transactional oriented (berorientasi pada kegiatan dan orang-orang yang
menanganinya) dan research oriented (berorientasi pada pengaruh dan dampak
program).
Adapun
model lainya, yaitu: Goal oriented evaluation Model (dikembangkan oleh Tyler),
Goal Free Evaluation Model (dikembangkan oleh Michael Scriven), Formatif
Summatif Evaluation Model (dikembangkan oleh Michael Scriven), Countenance
Evaluation Model (dikembangkan oleh Stake) Responsive Evaluation Model
(dikembangkan oleh Stake), CIPP Evaluation Model (dikembangkan oleh
Stufflebeam) dan Discrepancy Model (dikembangkan oleh Provus).
Ketepatan dalam penentuan evaluasi
itu didasarkan dengan keadaan dan situasi lapangan, tidak serta merta semuanya
dapat digunakan. Dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya dilakukan
secara sistematis dan terstruktur. Evaluasi pendidikan secara garis besar
melibatkan tiga unsur yaitu input, transformasi dan output.
3.2 Saran
Sebagai seorang evaluator yang
profesional hendaknya kita memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas tentang
apa yang dimaksud dengan evaluasi dan apa saja jenis dari model-model evaluasi.
Sehingga kita dapat melaksanakan evaluasi dengan baik.
Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangannya, dari itu kami
menyarankan kepada para pembaca agar memberi kritik yang membangun agar penulis
dapat memperbaiki kesalahan serta kekurangan pada penulisan kedepannya.
Glosarium
Evaluasi : Evaluasi adalah proses menetukan nilai untuk
suatu hal atau objek yang berdasarakan pada acuan-acuan
tertentu untuk menentukan tujuan tertentu.
Metodologi : Metodologi adalah
ilmu-ilmu/cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran
dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas
yang sedang dikaji. Metodologi tersusun dari cara-cara yang terstruktur untuk
memperoleh ilmu.
Model : Model
adalah pola (contoh, acuan dan ragam) dari sesuatu yang
akan dibuat atau dihasilkan
Program : Program
adalah daftar terinci mengenai acara dan usaha yang akan dilaksanakan.
Proses : Rangkaian tindakan, pembuatan,
atau pengolahan yang menghasilkan
produk
Rancangan : Rancangan adalah suatu kegiatan yang sudah
dipikirkan baik baik secara matang dalam melakukannya
DAFTAR PUSTAKA
Anas
Sudijono. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan Jakarta : PT. Raja Grafindo
Daryanto.
2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Eko
Putro Widoyoko. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Farida
Yusuf Tayibnapis. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: PT Rineka Cipta
Kirkpatrick,
D. L. 1998. Evaluating Training Programs: The Four Levels. San Francisco: Berrett-Koehler Publisher, Inc.
Partner,
C. 2009. Implementing the Kirkpatrick Evaluation Model Plus.
Suharsimi
Arikunto dan Cepi Safrudin. 2009. Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan
Praktisi Pendidikan, cetakan
ketiga. Jakarta: Bumi Aksara
Sukardi.
2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Komentar
Posting Komentar