Sejarah
Perencanaan, Karakteristik, dan Pentingnya Perencanaan
Dian
Bastian (18561004)
Pendahuluan
Definisi Perencanaan
Cunningham mengemukakan bahwa
perencanaan ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi,
dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan
memformulasi hasil yang diinginkan,urutan kegiatan yang diperlukan, dan
perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima dan yang akan digunakan dalam
penyelesaian.[1]
Perencanaan disini menekankan pada usaha menyeleksi dan menghubungkan sesuatu
dengan kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mencapainya. Dan
Perencanaan adalah hubungan antara
apa yang ada sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should be)
yang berkaitan dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, progrm dan
alokasi sumber.[2]
Bagaimana seharusnya ialah mengacu
pada masa yang akan datang. Perencanaan disini menekankan kepada usaha mengsi
kesenjangan antara keadaan sekarang antara keadaan sekarang dan keadaan masa
yang akan datang disesuaikan dengan apa yang telah dicita-citakan, ialah
menghilangkan jarak antara keadaan sekarang dengan keadaan mendatang yang
diinginkan.
Perencanan juga berkaitan mengenai sesuatu rangkaian yang
telah terstruktur secara sistematis untuk dapat mencapai harapan atau keinginan
yang ingin dicapai. Perencanaan yang dibentuk dengan baik yang selaras dengan
tujuan yang hendak dicapai, dan dilaksanakan dengan baik maka itu dapat
menunjang pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dimana
perencanaan juga menentukan hasil akhir dari suatu proses yang akan dilakukan
kedepannya hingga membawa pada tercapai atau tidaknya harapan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Pembahasan
·
Sejarah Perencanaan
Konsep dasar perencanaan
pendidikan yakni telah
dikenal sejak 25 abad yang lalu, yaitu dimana
sejak
bangsa Sparta mengembangkan sistem pendidikan yang ditujukan untuk membentuk
manusia Sparta di bidang militer, sosial, dan ekonomi. Plato dalam bukunya Republic,
menyatakan bahwa perencanaan sekolah bertujuan untuk melayani masyarakat.
Pada abad ke-18 ditemukan
tulisan yang berkenaan dengan perencanaan pendidikan yang berjudul Perencanaan
Universitas di Rusia karya Diderot. Selanjutnya, pada abad ke-19 sudah terdapat
beberapa perencanaan pembangunan sekolah dan perencanaan pendidikan guru.
Setelah Perang Dunia I,
pada tahun 1923, Rusia dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun I merupakan negara
pertama yang menerapkan konsep perencanaan pendidikan, kemudian diikuti Prancis
pada tahun 1929, Amerika Serikat pada tahun 1933, Swiss pada tahun 1941, dan
Puerto Rico pada tahun 1942.
Sesudah Perang Dunia II,
muncul pergolakan sosial dan ledakan penduduk. Sementara itu sumber daya
semakin mahal dan langka. Akibatnya, beberapa negara di Eropa memandang bahwa
perencanaan pendidikan itu penting mengingat keterbatasan sumber daya tadi.
Sejak itu Inggris pada tahun 1944 melakukan wajib belajar di 146 daerah dan
para pejabat daerahnya diminta untuk menyiapkan perencanaan pendidikan.
Pada tahun 1951, Prancis
membentuk komisi Perencanaan Pembangunan Sekolah, Universitas Ilmu Pengetahuan
dan Seni. Selanjutnya pada tahun 1953, pendidikan merupakan bagian integral
dari rencana pembangunan nasional. Sementara itu, sejak tahun 1950 beberapa
negara yang baru mendapat kemerdekaan mulai menerapkan perencanaan pendidikan
sebagai instrumen peningkatan pembangunan pendidikannya.
Pada tahun 1951-1955 India
dalam Rencana Pembangunan I telah menempatkan pendidikan dalam kerangka pembangunan
sosial dan ekonominya.
Ghana
dalam pembangunan delapan tahunnya telah menempatkan pendidikan sebagai
prioritas utamanya. Pada tahun 1952, Birma mengesahkan rencana pembangunan
pendidikan selama empat tahun.
Pada tahun 1956-1965 telah dilaksanakan
berbagai seminar, lokakarya, dan konferensi pendidikan, baik di tingkat lokal,
regional, nasional, maupun internasional. Salah satu kegiatannya adalah
Konferensi Santiago di Chili (1962). Konferensi itu menghasilkan Deklarasi
Santiago. Salah satu rekomendasi Santiago tersebut adalah anggaran untuk biaya
pendidikan sebesar minimal 4 persen dari pendapatan nasional. Jika pada
Konferensi Santiago lebih menitikberatkan pada pendekatan kuantitatif maka pada
Konferensi Buenes Aires (1965) lebih menitikberatkan pada pendekatan kualitatif
yang berkenaan dengan isi, metode, dan evaluasi pendidikan.
Pada tahun 1960
dilaksanakan Konferensi Karachi yang menghasilkan rencana kerja pembangunan
pendidikan di wilayah Asia yang selanjutnya melahirkan Karachi Plan. Karachi
Plan tersebut berisikan rekomendasi (1) perluasan kesempatan untuk memperoleh
pendidikan bagi usia sekolah dasar secara bebas melalui Kewajiban Belajar, dan
(2) pembentukan unit pelayanan perencanaan pendidikan di tingkat nasional.
Setelah melalui berbagai
sidang yang intensif, akhirnya Sidang Umum Unesco (1960) memutuskan untuk
mendirikan empat pusat pendidikan dan pelatihan regional perencanaan
pendidikan, yaitu The Regional Centre for Educational Planning and
Administration untuk negara-negara Arab (Beirut,1961); The Asian Institute of
Educational Planning and Administration (New Delhi,1962); The Regional
Institute of Educational Planning and Administration for Latin America and
Caribbean (Santiago,1968); The Regional Educational Planning and Administration
Group for Africa.
Beberapa konferensi tentang
pembangunan pendidikan melalui instrumen perencanaan pendidikan juga diadakan
di negara-negara Afrika. Pada tahun 1961 diadakan Konferensi Addis Ababa yang
menghasilkan Garis-Garis Besar Rencana Pembangunan Pendidikan di Afrika.
Selanjutnya, pada tahun 1962 dilakukan Konferensi Paris yang merekomendasikan
agar di setiap negara Afrika dibentuk badan-badan atau unit-unit kerja
perencanaan pendidikan.
Pada tahun 1962, Konferensi
Tokyo diberi mandat oleh Konferensi Karachi untuk me-review berbagai kemajuan
dan kesulitan-kesulitan pelaksanaan Karachi Plan dan laporan studi pembangunan
pendidikan dasar dalam rangka perencanaan pendidikan yang lebih luas dalam
konteks perencanaan sosial dan ekonomi. Konferensi Tokyo tersebut menghasilkan
resolusi Tokyo yang memberi rekomendasi bahwa negara-negara Asia hendaknya
dapat menyisihkan sekitar 5 persen dari GNP-nya untuk investasi pembangunan
pendidikan.
Pada Sidang Umum Unesco
tahun 1962 diputuskan untuk mendirikan International Institute of Educational
Planning (IIEP) di Paris pada tahun 1963. Tugas utama institusi ini adalah
melaksanakan pendidikan dan pelatihan spesialisasi perencanaan pendidikan
tingkat tinggi, menstimulasi, dan mengoordinasikan penelitian-penelitian
perencanaan pendidikan berskala internasional.
Pengaruh isu perencanaan
pendidikan masuk ke Indonesia pada tahun 1968, yaitu dengan dilaksanakannya
Proyek Penilaian Nasional Pendidikan (PPNP). Hasil PPNP telah menarik perhatian
Unesco dan UNDP. Selanjutnya, mereka bersedia membantu Indonesia untuk
mengembangkan perencanaan pendidikan.
Pada tahun 1969 didirikan
Badan Penelitian Pendidikan (BPP) yang selanjutnya pada tahun 1975 berubah
menjadi Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (Balitbang
Dikbud) yang mulai tampak kegiatannya dalam pengembangan perencanaan
pendidikan. Dengan bantuan UNESCO telah dikirim beberapa staf secara bertahap
untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan perencanaan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Asian Institute of Educational Planning and Administration
di New Delhi, INNOTECH di Manila, dan IIEP di Paris.
Pada tahun 1975 didirikan Biro Perencanaan di
Sekretariat Jenderal Depdiknas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
akademik dan keterampilan teknis di bidang perencanaan pendidikan melalui dua
jalur pendidikan dan pelatihan, yaitu jalur pendidikan dan pelatihan tatap muka
melalui penataran serta jalur pendidikan dan pelatihan melalui media cetak
dengan sistem modul. Bahan-bahan kepustakaan mengenai perencanaan pendidikan
berkembang dengan pesatnya. Usaha-usaha organisasi internasional seperti OECD
dan IIEP telah merumuskan konsep, metode, dan proses perencanaan pendidikan
yang mendapat banyak perhatian dari berbagai disiplin ilmu, khususnya disiplin
ilmu ekonomi.[3]
· Karakteristik Perencanaan Pendidikan
Karakteristik
perencanaan pendidikan yakni menyangkut kriteria bentuk perencanaan terhadap
proses pendidikan yang hendak/akan dijalani. Perencanaan sistem
pendidikan merupakan suatu proses rasional, menaruh kepedulian terhadap tujuan
(goals), alat (means), hasil(ends), proses dan
control. Perencanaan sistem pendidikan merupakan suatu konsep yang dinamis,
diramu dari kerangka teoritik sibernetik, yaitu perpaduan ilmu komunikasi dan
pengendalian.
Agar karakteristik perencanaan sistem pendidikan
dapat dipahami dan dilakukan dengan benar dan tepat, para perencana sistem
pendidikan menurut Baghart dan Trull (1973) mutlak harus memiliki tiga
kemampuan pengetahuan khusus yang meliputi :
a. Pemahaman
metode ilmiah kontemporer (mutakhir) dan kemampuan
menggunakan metode ilmiah tersebut.
b. Pengetahuan
mengenai perbandingan berbagai sistem nilai agar mampu menyajikan keputusan
yang rasional mengenai tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat.
c. Pemahaman
kaidah kontinuitas dan diskontinuitas, kecenderungan, dan arah berbagai
perubahan dalam kehidupan manusia dan masyarakatnya.[4]
Karakteristik perencanaan
pendidikan ditentukan oleh konsep dan pemahaman tentang pendidikan. Pendidikan
mempunyai ciri unik dalam kaitannya dengan pembangunan nasional serta mempunyai
ciri khas karena yang menjadi muara garapannya adalah manusia. Berangkat dari hal tersebut di atas, dapat di tarik poin-poin atau macam-macam
karakteristik perencanaan pendidikan yakni meliputi :
1)
Perencanaan pendidikan harus
mengutamakan nilai manusiawi, karena pendidikan merupakan proses membangun
manusia yang harus mampu membangun dirinya dan masyarakatnya.
2)
Perencanaan pendidikan harus dapat
memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi peserta didik,
3)
Perencanaan pendidikan harus
memberikan kesempatan pendidikan yang sama kepada peserta didik,
4)
Perencanaan pendidikan dibuat secara
sistematis dan komperhensif, dalam artian disini adalah tidak praktikal atau
segmentaris tapi menyeluruh dan terpadu serta disusun secara logis dan rasional
serta mencakup berbagai jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.
5)
Perencanaan pendidikan harus
berorintasi pada pembangunan, disini artinya program pendidikan haruslah
ditujukan untuk membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh
berbagai sektor pembangunan.
6)
Perencanaan pendidikan harus
menggunakan SDM secermat mungkin,
7)
Perencanaan pendidikan berorientasi
pada masa depan, karena pendidikan adalah proses jangka panjang dan jauh untuk
menghadapi masa depan.
8)
Perencanaan pendidikan haruslah
responsif terhadap kebutuhan yang berkembang di masyarakat
9)
Perencanaan pendidikan haruslah
merupakan sarana untuk mengembangkan inovasi pendidikan hingga terjadi
pembaharuan secara terus menerus.
Dalam pelaksanaan
sebuah rencana tidak menutup kemungkinan akan menemukan kendala. Kendala utama
yang dihadapi dalam perencanaan pendidikan adalah keputusan politik, kemampuan
ekonomi dan alokasi waktu. Kendala lain yang dihadapi dalam proses perencanaan
adalah bila pengetahuan yang diberikan oleh pimpinan organisasi kurang jelas,
kendala lain yang dihadapi adalah perencanaan pendidikan melibatkan sejumlah
orang dari berbagai disiplin dan masalah alokasi dana yang tidak tepat waktu,
Karakteristik
perencanaan pendidikan yang baik yaitu:
1.
Perencanaan pendidikan harus
mengutamakan nilai-nilai manusiawi karena pendidikan itu membangun manusia yang
harus mampu membangun dirinya dan masyarakatnya.
2.
Perencanaan pendidikan harus dapat
memberikan kesempatan untuk mengembangkan berbagai potensi anak didik seoptimal
mungkin.
3.
Perencanaan pendidikan harus
memberikan kesempatan pendidikan yang sama bagi semua anak didik.
4.
Perencanaan pendidikan harus
komprehensif dan sistematis dalam arti tidak pasial atau sigemtaris
tetapi menyeluruh, terpadu serta disusun secara logis dan rasional serta
mencakup berbagai jenis dan jenjang pendidikan
5.
Perencanaan pendidikan harus
berorientasi kepada pembangunan dalam arti bahwa program pendidikan haruslah
ditujukan untuk membantu mempersiapkan manpower yang dibutuhkan oleh
berbagai sektor pembangunan.
6.
Perencanaan pendidikan harus
dikembangkan dengan memperhatikan keterkaitannya dengan berbagai komponen
pendidikan secara sistematis.
7.
Perencanaan pendidikan harus
menggunakan resources secermat mungkin karena resources yang tersedia adalah
langka.
8.
Perencanaan pendidikan haruslah
berorientasikan kepada masa datang, karena pendidikan adalah proses jangka
panjang dan jauh untuk menghadapi masa depan.
9.
Perencanaan pendidikan haruslah responsif
terhadap kebutuhan yang berkembang di masyarakat tidak sttais tapi
dinamis.
10. Perencanaan pendidikan haruslah merupakan sarana untuk mengembangkan
inovasi pendidikan hingga pembaharuan terus-menerus berlangsung.[5]
·
Pentingnya Perencanaan
Dalam suatu tujuan yang telah ditetapkan dan ingin
dicapai, tentu melewati sebuah proses/tahapan dalam mencapai tujuan tersebut.
Kemudian, didalam proses tersebut juga melewati tahapan perencanaan, yang mana
proses tersebut menyesuaikan dengan perencanaan yang ditentukan sebelumya.
Perencanaan dibuat atas dasar pertimbangan yang baik dan terstruktur dalam
mencapai tujuan tersebut.
Didalam perencanaan, juga mengandung
alternaif-alternatif dalam mencapai tujuan, perencanaan diperlukan dalam
menentukan proses dalam mewujudkan apa yang ingin dicapai. Perencanaan
diarahkan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, dan kemudian perencanaan
tersebut juga menjadi landasan/pedoman dalam menjalankan proses dalam mencapai
tujuan, sehingga perencanaan disini sangatlah penting dalam mencapai apa yang
hendak dicapai, perencanaan yang baik, lalu proses yang maksimal akan
mewujudkan kehendak yang diinginkan.
Tanpa adanya rencana, maka tujuan tersebut akan sukar
untuk dicapai, alasannya yakni dari proses yang dijalankan tersebut ia tidak
memiliki pedoman dalam berjalan mencapai tujuan. Alhasil, proses yang
dijalankan akan menjadi tidak terarah dan cenderung akan berjalan menjauhi dari
tujuan yang hendak dicapai. Jadi, disini perencanaan mengambil peranan penting
sebagai pedoman dalam berproses mencapai suatu tujuan yang mana dengan
perencanaan itu mengandung alternatif dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Kesimpulan
Banyak para tokoh/ahli yang
mendefinisikan mengenai perencanaan, baik berasal dari dalam atau luar negeri.
Yang mana jika ditarik kesimpulan dari keseluruhannya memiliki substansi yang
sama saja, hanya secara tekstual penyampaian saja yang berbeda. Mereka semua
mengarah pada substansi yakni merupakan awal dari proses dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sejarah munculnya perencanaan tidak
semerta-merta dapat dengan mudah terbentuk begitu saja, melainkan melalui
proses yang panjang dan memakan waktu yang begitu lama. Dimana dalam
membentuknya melewati proses konferensi-konferensi yang awalnya dilakukan
bersama oleh berbagai negara dan kemudian dilakukan pada masing-masing negara
tersebut hingga saat ini perencanaan memiliki peranan yang sangat penting dalam
konteks apapun itu.
Karakteristik perencanaan yakni
suatu gambaran deskriptif yang memaparkan mengenai perencanaan secara spesifik,
dan yang mana karakteristik yang baik tentu selaras dengan tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya, dan karakteristik perencanaan yang baik selanjutnya
ialah mengandung cara-cara/tahapan-tahapan yang alternatif dalam mencapai
tujuan tersebut.
Perencanaan sangatlah memiliki
peranan yang sangat penting, dimana perencanaan merupakan dasar dari proses
yang dijalankan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya. Suatu
proses berjalan sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan sebelumnya untuk
mencapai tujuan melalui alternatif-alternatif yang telah disusun dalam rencana
tersebut, sehingga tujuan dapat dicapai dengan melalui suatu proses yang
didasarkan dengan perencanaan yang baik dan telah dipertimbangkan unsur
alternatifnya dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
Daftar
Pustaka
Arthur W. Steller. 1983. Curriculum
Planning, Fenwick W. English, (editor), Fundamental Curriculum Decisions, ASCD, Virginia
Endang Soenarya. 2000. Teori Perencanaan
Pendidikan Berdasarkan Pendidikan Sistem, Yogyakarta : Adicita Karya Nusa
Syaefudin, Udin & Syamsuddin, Abin. 2007. Perencanaan
Pendidikan Suatu Pendekatan
Komprehensif. Bandung: Rosda Karya
Usman,
Husaini. 2011. Manajemen: Teori, Praktek,
dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Willian G. Cunningham. 1982. Systematic Planning for Educational Change, First
Edition, California: Mayfield
Publishing Company
Komentar
Posting Komentar